Foto Bersama Saat Kegaiatan Literasi di Sekolah

Esaunggul.ac.id, Gerakan literasi di sekolah sebaiknya tidak hanya terfokus pada peserta didik, tetapi juga untuk guru. “Gerakan literasi membaca, menulis dan menyimak juga harus menyentuh kalangan guru, karena tingkat membaca guru masih sangat rendah. Untuk itu dibutuhkan kemauan yang besar dari dalam diri seorang guru,” ujar Dr. Harlinda Syofyan, S.Si., M.Pd, Ketua Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Esa Unggul.

Dirinya pun mengatakan Literasi bukan hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis namun menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dapat membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dalam berbagai konteks, berkomunikasi secara efektif. mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar dan mengajar, Harlinda melanjutkan hendaknya memiliki wawasan berpikir yang luas agar mampu membawa siswanya ke dalam pemahaman yang hakiki pada setiap materi yang diajarkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara optimal.

“Penanaman budaya literasi sejak usia sekolah dasar dalam menumbuhkan budaya literasi anak bangsa merupakan kebutuhan mendesak bagi bangsa Indonesia. Karena pada usia inilah pada hakikatnya memiliki perkembangan otak yang pesat baik dalam kemampuan linguistik, spasial, intelektual, maupun perkembangan motoriknya,” ucapnya.

Harlinda pun mengibaratkan anak usia sekolah dasar adalah tunas yang tumbuh menjadi pohon yang kokoh, maka budaya literasi harus diterapkan sejak usia sekolah dasar, ” literasi itu bukan hanya kegiatan membaca, menulis dan berdiskusi formalitas, namun menjadi keterampilan lifeskill yang akan terus diimplementasikan sepanjang masa,” Terang Harlinda.

Suasana PKM FKIP 2019

Sejumlah kegiatan pun dilakukan dalam PKM UEU meliputi sosialisasi, pelatihan, evaluasi diri, pengajaran yang reflektif, eksplorasi, simulasi, dokumentasi, diskusi pertemanan, pemetaan dan praktek dalam pembelajaran. Harlinda pun berharap dengan kegiatan ini mampu meningkatkan keterampilan literasi siswa dalam mewujudkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat diwujudkan sesuai dengan tujuan pendidikan abad 21, di mana siswa mampu berkominikasi, berkolaborasi, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah, serta kreatif dan inovatif.

Pelaksanaan PKM ini menghadirkan Pembicara 1 yaitu Dr. Gusti Yarmi, M.Pd, merupakan Dosen Senior Universitas Negeri Jakarta, yang menyampaikan tentang “ Pengembangan Literasi Dalam Rangka Menyiapkan Generasi Bangsa Berkualitas”, dan Pembicara 2 yaitu Dr. Harlinda Syofyan, S.Si., M.Pd dengan materi yang dibicarakan “Literasi Sains Untuk Meningkatlan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran”.

Gerakan literasi di sekolah sebaiknya tidak hanya terfokus pada peserta didik, tetapi juga untuk guru. “Gerakan literasi (membaca, menulis dan menyimak) juga harus menyentuh guru, karena tingkat membaca di kalangan para guru masih rendah. Untuk itu, dibutuhkan kemauan yang tinggi dari dalam diri guru,” kata Dr. Harlinda Syofyan, S.Si., M.Pd, Ketua Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Esa Unggul.

Lebih lanjut Harlinda memaparkan, literasi diartikan sebagian orang dengan kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan informasi secara cerdas.

Literasi bukan hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis namun menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dapat membuat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dalam berbagai konteks, berkomunikasi secara efektif. Mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Kegiatan literasi diharapkan melekat pada diri setiap orang umumnya dan pada guru dan siswa pada khususnya. Kata Harlinda, guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar dan mengajar hendaknya memiliki wawasan berpikir yang luas.

Agar mampu membawa siswanya ke dalam pemahaman pada setiap materi yang diajarkan, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Menurut Harlinda, penanaman budaya literasi sejak usia sekolah dasar dalam menumbuhkan budaya literasi, merupakan kebutuhan mendesak bagi bangsa Indonesia.

“Sebuah negara yang maju yang memiliki kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang tinggi. SDM yang unggul adalah SDM yang memiliki daya saing tinggi, inovatif, kreatif, dan mampu menghadapi segala tantangan baik lokal, regional maupun global,” tegas Harlinda.

Kata Harlinda, melaksanakan gerakan literasi 15 menit sebelum jam pelajaran perlu dibudayakan di Indonesia. Adapun prinsip pendidikan literasi antara lain, literasi melibatkan interpretasi, kolaborasi, konvensi, pengetahuan kultural, pemecahan masalah, refleksi diri, serta penggunaan bahasa.