Jakarta, 17 Juni 2023 – Program Sekolah Penggerak, salah satu inisiatif unggulan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia, telah memasuki tahun pertamanya di wilayah Jakarta Barat. Delapan sekolah terpilih di wilayah ini telah menjalani perjalanan transformatif dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, sebuah pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia menghadapi tantangan abad ke-21.
Program ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan di dunia pendidikan. Di garis depan adalah para kepala sekolah dan guru dari delapan sekolah penggerak di Jakarta Barat, yang telah bekerja tanpa kenal lelah untuk mengadopsi dan mengadaptasi Kurikulum Merdeka. Mereka didukung oleh tim fasilitator dari Kemendikbudristek, yang memberikan pelatihan dan pendampingan intensif sepanjang tahun oleh Fasilitator Sekolah Penggerak (FSP) yakni Ibu Dr. Harlinda Syofyan, S.Si., M.Pd dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Esa Unggul.
FSP mengatakan, “Kami bangga dengan dedikasi dan semangat yang ditunjukkan oleh para pendidik kita. Mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga belajar dan beradaptasi dengan paradigma baru dalam pendidikan.”
Siswa, sebagai penerima manfaat utama program ini, juga menjadi aktor penting. Lebih dari 500 siswa dari berbagai jenjang pendidikan di delapan sekolah tersebut telah mengalami transformasi cara belajar yang lebih aktif, kolaboratif, dan berorientasi pada pemecahan masalah pada tahun pertama ini. Tidak ketinggalan, orang tua dan masyarakat sekitar juga dilibatkan dalam berbagai kegiatan dan diskusi untuk memastikan dukungan holistik terhadap implementasi program ini.
Program Sekolah Penggerak di Jakarta Barat dilaksanakan di delapan sekolah yang tersebar di berbagai kecamatan. Sekolah-sekolah ini dipilih berdasarkan kriteria tertentu, termasuk kesiapan infrastruktur, komitmen manajemen sekolah, dan potensi untuk menjadi agen perubahan di wilayahnya. Sekolah-sekolah tersebut adalah:
- SDN Duri Kepa 16 Pagi
- SDN Jati Pulo 05 Pagi
- SDN Mangga Besar 15 Pagi
- SDN Keagungan 03
- SDN Tamansari 03 Pagi
- SDN Tanjung Duren Selatan 01 Pagi
- SDN Wijaya Kusuma 02 Pagi
- SDN Kamal 05 Pagi
Setiap sekolah memiliki karakteristik unik dan tantangan tersendiri dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, namun semua berkomitmen untuk mencapai tujuan bersama: menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan relevan bagi siswa.
Program Sekolah Penggerak dan implementasi Kurikulum Merdeka merupakan respons terhadap kebutuhan mendesak untuk memperbarui sistem pendidikan Indonesia. Di era globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, pendidikan tradisional dianggap kurang memadai untuk mempersiapkan siswa menghadapi kompleksitas dunia modern.
Ibu Harlinda selalu FSP yang selalu mendampingi dalam berbagai kegiatan Program Sekolah Penggerak ini menjelaskan, “Kurikulum Merdeka bukan sekadar perubahan konten pelajaran. Ini adalah pergeseran paradigma yang mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi – keterampilan yang sangat dibutuhkan di abad ke-21.”
Program ini juga bertujuan untuk mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan antar daerah di Indonesia. Dengan memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan konteks lokal, diharapkan setiap siswa dapat memperoleh pendidikan yang relevan dan berkualitas.
Implementasi Program Sekolah Penggerak di Jakarta Barat dilakukan melalui beberapa tahapan dan strategi:
- Pelatihan Intensif: Sebelum tahun ajaran dimulai, para guru dan kepala sekolah mengikuti serangkaian pelatihan intensif tentang filosofi dan praktik Kurikulum Merdeka. Pelatihan ini mencakup metode pengajaran baru, penilaian berbasis proyek, dan strategi untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
- Pendampingan Berkelanjutan: Tim fasilitator dari Kemendikbudristek melakukan kunjungan rutin ke sekolah-sekolah untuk memberikan dukungan dan bimbingan. Mereka mengobservasi kelas, memberikan umpan balik, dan membantu mengatasi tantangan yang dihadapi.
- Pengembangan Kurikulum Kontekstual: Setiap sekolah didorong untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokal. Misalnya, sekolah mengintegrasikan pembelajaran tentang gaya hidup berkelanjutan dalam kurikulumnya.
- Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek: Siswa didorong untuk terlibat dalam proyek-proyek yang memadukan berbagai mata pelajaran dan relevan dengan kehidupan nyata. Contohnya, siswa melakukan proyek penguatan profil pelajar pancasila berbagai tema untuk menumbuhkan karakter dari profil pelajar Pancasila.
- Pemanfaatan Teknologi: Sekolah-sekolah dibekali dengan infrastruktur teknologi yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran digital. Guru dan siswa dilatih untuk menggunakan berbagai platform pembelajaran online dan alat digital untuk meningkatkan efektivitas belajar-mengajar.
- Evaluasi dan Refleksi Berkala: Setiap bulan, diadakan pertemuan evaluasi yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Ini menjadi forum untuk berbagi pengalaman, mengidentifikasi tantangan, dan merencanakan perbaikan.
Setelah satu tahun implementasi, beberapa hasil positif mulai terlihat:
- Peningkatan Keterlibatan Siswa: Guru melaporkan peningkatan signifikan dalam partisipasi dan antusiasme siswa di kelas. Pembelajaran berbasis proyek telah membuat siswa lebih aktif dan termotivasi.
- Pengembangan Keterampilan Abad 21: Siswa menunjukkan peningkatan dalam kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah.
- Kolaborasi Antar Mata Pelajaran: Guru mulai berkolaborasi lebih erat, menciptakan pembelajaran yang lebih holistik dan terintegrasi.
- Peningkatan Kepercayaan Diri Guru: Banyak guru melaporkan peningkatan kepercayaan diri dalam menggunakan metode pengajaran inovatif.
Namun, beberapa tantangan juga dihadapi:
- Adaptasi Awal: Beberapa guru dan siswa mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan pendekatan baru ini, terutama dalam beberapa bulan pertama.
- Keterbatasan Waktu: Persiapan untuk pembelajaran berbasis proyek membutuhkan waktu lebih banyak, yang kadang menjadi beban bagi guru.
- Infrastruktur Teknologi: Beberapa sekolah menghadapi kendala dalam hal ketersediaan dan kualitas perangkat teknologi.
- Penilaian: Sistem penilaian baru yang lebih kompleks dan holistik memerlukan waktu adaptasi bagi guru dan orang tua.
Pada kegiatan Refleksi Akhir Tahun Sekolah yang ikut dalam Program Sekolah Penggerak melakukan Evaluasi melalui acara Lokakarya yang telah dijadwalkan oleh Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) D.I. Yogyakarta akhir tahun ajaran 2022/2023, tepatnya pada bulan Juni 2023. Evaluasi ini akan melibatkan tim independen dari Kemendikbudristek, akademisi, dan praktisi pendidikan. Evaluasi ini akan menjadi titik kritis untuk menilai efektivitas program dan merencanakan penyempurnaan untuk tahun-tahun berikutnya.
Sementara itu, refleksi akhir tahun 2023 ini menjadi momentum penting untuk mengidentifikasi pembelajaran awal, berbagi praktik terbaik, dan merencanakan perbaikan untuk semester berikutnya.
Sebagai penutup, Dr. Harlinda menekankan, “Transformasi pendidikan adalah proses jangka panjang. Apa yang kita lihat sekarang adalah langkah awal yang menjanjikan. Konsistensi, komitmen, dan kolaborasi semua pihak akan menjadi kunci keberhasilan program ini dalam membentuk masa depan pendidikan Indonesia.” Program Sekolah Penggerak di Jakarta Barat terus berlanjut dengan optimisme dan tekad untuk terus berinovasi, belajar, dan berkembang demi masa depan pendidikan yang lebih baik bagi generasi muda Indonesia.
By: Harlinda Syofyan